Demo DPR Ricuh, Deddy Sitorus Tuding Ada Penunggang Politik di Balik Aksi

16

JAKARTA, CorongPublik// Aksi unjuk rasa besar-besaran yang berlangsung di depan Gedung DPR RI pada Senin, (25/8/2025), memanas hingga menimbulkan ketegangan. Ratusan massa yang terlibat dalam demonstrasi itu sempat merangsek ke ruas Jalan Tol Dalam Kota (Dalkot) sebelum akhirnya dipukul mundur oleh aparat keamanan.

Aksi yang semula berjalan damai berubah ricuh setelah massa mencoba mendekati kompleks parlemen dari jalur tol. Insiden ini langsung memantik reaksi berbagai pihak, salah satunya dari anggota Komisi II DPR RI, Deddy Sitorus, yang mengungkapkan tanggapannya secara terbuka melalui akun Facebook pribadinya.

Dalam unggahan berjudul “Salah satu tuntutan yang disuarakan adalah kenaikan tunjangan bagi anggota DPR RI di tengah ekonomi negara dan masyarakat yang semakin melemah,” Deddy menilai bahwa unjuk rasa tersebut sarat kepentingan politik tersembunyi. Ia bahkan menyebut adanya serangan sistematis terhadap DPR sebagai bentuk ketakutan pihak tertentu terhadap kemungkinan pemakzulan.

Lebih lanjut, Deddy menyindir salah satu peserta aksi yang menurutnya mirip dengan seseorang bernama Wakidi, yang diklaim sebagai “alumnus Fakultas Kehutanan UGM” namun disebutnya sebagai calo bus di Terminal Tirtonadi, Solo.

“Perhatikan wajahnya baik-baik,” tulis Deddy, sembari mengunggah foto pria tersebut dan menyebut keterlibatannya dalam demonstrasi sebagai bagian dari gerakan yang dimotori “cala-calo preman terminal.”

Sindiran tak berhenti di situ. Deddy juga menyinggung kaos bergambar One Piece yang dikenakan pria tersebut, menyebutnya sebagai simbol yang pernah digunakan dalam kampanye Gibran saat Pilpres 2024. Menurutnya, hal ini bukan kebetulan, melainkan sinyal keterlibatan pihak-pihak yang diduga berafiliasi dengan “genk Oslo” dalam manuver politik untuk mempercepat keretakan kekuasaan.

Ia bahkan secara gamblang menuding bahwa ada kekuatan yang ingin mempercepat proses “kejatuhan Prabowo” sebelum dua tahun masa jabatannya. “Ini salah satu bukti bahwa genk Oslo ingin membuka ‘jalur sutera’ menuju RI-1. Karena takut dimakzulkan, mereka main cepat,” tulisnya menyindir.

Meski menyentil adanya penunggang politik dalam demonstrasi, Deddy tetap menyatakan dukungan terhadap aspirasi murni masyarakat. Ia mengakui bahwa sebagian peserta aksi benar-benar hadir untuk menyuarakan kritik terhadap DPR. “Benar, banyak yang datang karena idealisme. Tetapi framing jahat juga kuat dimainkan oleh pasukan fufu-fafa,” pungkasnya.

Aksi 25 Agustus yang memicu kontroversi ini menjadi sorotan nasional, tak hanya karena eskalasi di lapangan, tapi juga karena narasi liar dan saling tuding yang mewarnai ruang publik. Di tengah tekanan publik terhadap DPR dan pemerintah, semakin jelas bahwa panggung politik Tanah Air kini tak hanya ada di gedung dewan, tapi juga di jalanan dan media sosial.(Tim/Red)