TERNATE, Corongpublik// Aksi demonstrasi mahasiswa yang berlangsung di depan Gedung DPRD Kota Ternate, Senin (1/9), berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Sedikitnya 16 mahasiswa diamankan, sementara tiga anggota polisi mengalami luka ringan. Tiga demonstran juga terluka di bagian pelipis dan bibir.
Kericuhan pecah usai aksi saling dorong antara massa dan petugas. Lemparan batu dari arah mahasiswa disambut tembakan gas air mata oleh polisi. Bentrokan tercatat terjadi empat kali sepanjang hari, menyebabkan suasana kota mencekam hingga menjelang magrib.
Kapolres Ternate, AKBP Anita Ratna Yulianto, menyampaikan bahwa lima mahasiswa ditangkap dalam gelombang awal bentrokan. Penangkapan berlanjut hingga sore hari, dan para demonstran kini masih diperiksa intensif di Satreskrim Polres Ternate.
Di tengah memanasnya situasi, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda turun langsung ke lokasi aksi. Ia mengimbau mahasiswa untuk tetap menyuarakan aspirasi secara damai agar tidak berdampak buruk terhadap masyarakat kecil.

“Kalau ekonomi berhenti, yang rugi rakyat kecil. Banyak mama-mama yang makan dari pendapatan harian,” ujar Sherly kepada para demonstran.
Gubernur juga membuka pintu dialog bagi mahasiswa dan meminta agar kritik terhadap pemerintah disampaikan secara konstruktif.
“Torang ini semua bersaudara. Maluku Utara rumah kita bersama. Kalau damai dan nyaman, ekonomi bisa berputar,” lanjutnya.
Menurut Sherly, aksi berkepanjangan justru memperburuk kondisi ekonomi daerah yang notabene menjadi alasan utama mahasiswa turun ke jalan.
“Setelah satu minggu ini terjadi, ekonomi bukannya membaik, malah makin turun,” tegasnya.
Dalam aksinya, mahasiswa menyuarakan penolakan terhadap kenaikan gaji DPR RI dan DPRD, serta menuntut pencopotan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Mereka juga mengecam gaya hidup mewah para anggota dewan yang dinilai tak berpihak pada rakyat.
Mahasiswa menilai kebijakan kenaikan gaji tersebut mencerminkan rendahnya empati terhadap realitas kemiskinan dan tingginya angka pengangguran, khususnya di Maluku Utara.
Menutup pernyataannya, Gubernur Sherly menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Malut terhadap keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
“Kami renovasi rumah, berikan modal, dan terus perjuangkan anggaran pusat untuk rakyat,”katanya.
Meski demikian, aksi unjuk rasa tetap berakhir ricuh dan menyisakan luka fisik maupun sosial. Situasi baru mereda setelah polisi mengambil tindakan tegas menjelang waktu salat magrib. (Tim/Red)