TOBELO, Corongpublik// Persiapan Maluku Utara menghadapi Training Center (TC) menuju Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2025 melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Maluku Utara menuai kritik dan kekecewaan dari sejumlah pelatih daerah. Pasalnya, proses seleksi atlet dinilai sarat dengan praktik nepotisme dan tidak profesional.
Dispora yang semestinya menjadi lembaga pembina prestasi olahraga justru dituding bertindak sewenang-wenang dalam menentukan atlet yang akan mewakili Maluku Utara di ajang nasional tersebut. Kinerja Bidang Prestasi Dispora Malut disebut jauh dari prinsip transparansi dan keadilan.
Pelatih bela diri pencak silat Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Bahrudin M.S Tomagola, mengungkapkan bahwa atletnya yang telah berhasil lolos ke POPNAS 2025 justru disabotase oleh pihak Dispora. Menurutnya, atlet tersebut sudah mengantongi tiket resmi menuju POPNAS melalui ajang Pra-POPNAS di Gorontalo.
Bahrudin menjelaskan, setelah lolos di Pra-POPNAS, pihak Dispora melalui Nafsir Johra sempat menginstruksikan agar atlet dari Halut menyiapkan diri untuk tiga nomor tanding dan seni. Namun, secara sepihak, Nafsir Johra kemudian mengganti atlet asal Halut dengan atlet dari Kota Ternate dan Tidore Kepulauan.
Yang lebih disayangkan, kata Bahrudin, salah satu atlet yang dimasukkan ke dalam tim POPNAS justru merupakan peserta yang kalah pada Kejurda Ternate sebelumnya. Ironisnya, atlet tersebut diketahui merupakan anak binaan dari perguruan Nafsir Johra sendiri. Ini bentuk ketidakadilan yang nyata dan merusak semangat sportivitas,”tegas Bahrudin.
Ia menilai tindakan tersebut bukan hanya mencederai proses pembinaan atlet, tetapi juga mematikan semangat juang para putra-putri daerah yang telah berjuang keras membawa nama Maluku Utara ke tingkat nasional.
“Jangan sampai semangat anak-anak ini padam hanya karena perilaku tidak profesional dari oknum di Dispora,” ujarnya.
Bahrudin pun berharap Kepala Dispora Provinsi Maluku Utara turun tangan dan menindak tegas dugaan praktik nepotisme tersebut. Ia meminta agar seleksi atlet dilakukan secara transparan dan berdasarkan prestasi, bukan kedekatan pribadi.
“Dispora jangan menutup mata. Kami hanya ingin keadilan bagi atlet yang benar-benar berprestasi,” pungkasnya.(Chen/Red)