MOROTAI, Corongpublik// Komunitas Pemuda Desa Libano yang tergabung dalam Komunitas Belajar KEREN (Kreatif, Energik, Rela, Ekspresif, dan Nyata) menggelar dialog publik bertema “Mewujudkan Generasi Penerus yang Berwawasan Kebangsaan, Religius, dan Berdaya Saing” di Kantor Desa Libano, Kecamatan Morotai Jaya, Selasa (14/10).
Kegiatan yang dihadiri puluhan warga dan pemuda Desa Libano itu menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pemerintah desa, tokoh agama, hingga pihak kesehatan dari Puskesmas Libano. Antusiasme peserta tampak sejak awal acara dimulai.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Libano, Desmon Durikasi, menegaskan pentingnya peran aktif pemuda dalam pembangunan desa. “Saya sebagai Kepala Desa sangat membutuhkan keterlibatan dan pengawalan setiap program dari masyarakat, khususnya pemuda, agar kita bisa saling memberikan masukan,”ujarnya saat membuka kegiatan sebagaimana dipantau Corongpublik.
Desmon juga menekankan bahwa kegiatan dialog semacam ini seharusnya tidak berhenti pada satu momentum saja. Ia berharap forum-forum serupa terus digelar sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas dan kesadaran kritis pemuda Desa Libano dalam membangun daerahnya.
Sementara itu, Jherald Gotowahi, Ketua DPC GMNI Morotai yang juga menjadi salah satu narasumber, menyoroti pentingnya perubahan yang dimotori oleh pemuda desa. “Pemuda harus mampu menciptakan daya saing agar bisa berkompetisi dengan pemuda di kota. Pembangunan sumber daya manusia harus dimulai dari desa,” tegasnya.
Jherald menambahkan, kesadaran untuk memajukan desa bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi bagian dari perjuangan kolektif masyarakat desa, terutama generasi mudanya. Ia menyebut pemuda sebagai lokomotif yang dapat menggerakkan perubahan sosial dan pembangunan.
Ketua Komunitas KEREN, Feliks Popa, turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi generasi muda di tengah pesatnya perkembangan zaman. Menurutnya, perubahan dalam berbagai aspek kehidupan menuntut setiap individu untuk adaptif dan terus berkembang. “Jika tidak, maka kita akan menjadi manusia yang tertinggal,”ujarnya.
Feliks menilai, kesiapan spiritual dan wawasan kebangsaan harus menjadi fondasi utama bagi pemuda dalam menghadapi dinamika global. Ia menekankan pentingnya sikap kritis, empati sosial, dan keberanian menyuarakan persoalan yang menghambat kemajuan masyarakat.
Dialog publik ini ditutup dengan pernyataan reflektif dari Ardi Lolorie, S.PdK, Kepala Sekolah SD Inpres Libano-Cempaka. Dalam penutupnya, Ardi mengutip pesan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, “Beri aku 100 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Kutipan itu menjadi penegasan bahwa kebangkitan Desa Libano dan kemajuan bangsa sejatinya bertumpu pada semangat, dedikasi, dan daya juang para pemuda yang tak pernah berhenti belajar dan berkontribusi nyata bagi lingkungannya. (Tim/Red)