Pilkades Igobula 2025: Aroma Persaingan Muncul, Pemuda Ingatkan Soal Persatuan

61

HALUT, 27 Juli 2025- Meski Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Desa Igobula, Kecamatan Galela Selatan, Halmahera Utara, baru akan digelar beberapa bulan lagi, tensi politik di tingkat desa mulai terasa. Sejumlah nama sudah mencuat dan bersiap bertarung dalam pesta demokrasi tingkat lokal ini.

Lima nama yang ramai dibicarakan publik di antaranya Akamal Baendi, Umar Kotabay, Sadam Samad, Sahlin Ence, dan M. Takzir Mubin. Mereka disebut-sebut sebagai putra terbaik Igobula yang siap membawa perubahan, bukan semata karena ambisi kekuasaan, melainkan dorongan pengabdian untuk desa.

Salah satu suara yang ikut bersuara soal dinamika Pilkades ini datang dari Sandi Naim, mahasiswa pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), yang juga merupakan putra asli Igobula.

Ia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan pilihan.

“Pilihan boleh beda, tapi jangan sampai ada kebencian yang memecah belah masyarakat,” ujarnya.

Sandi juga mendorong para calon kepala desa (cakades) untuk fokus pada adu gagasan dan visi-misi, bukan sekadar popularitas. Ia berharap masyarakat bisa menilai siapa yang benar-benar punya program kerja yang realistis dan menyentuh kebutuhan warga.

Sandi turut menyoroti pentingnya kepala desa yang terpilih nanti merekrut perangkat desa yang kompeten dan memahami tugas pemerintahan. Ia menilai pada periode sebelumnya, masih banyak sumber daya manusia (SDM) lokal yang mumpuni namun tidak dilibatkan.

Padahal, menurutnya, UU Desa Nomor 6 Tahun 2014 sudah mengatur bahwa perangkat desa mulai dari sekretariat hingga pelaksana teknis harus membantu kepala desa menjalankan roda pemerintahan secara efektif. Masyarakat juga punya hak untuk mengawasi jalannya pemerintahan desa, sesuai Pasal 68 ayat 1 undang-undang tersebut.

Tak hanya soal perangkat, perhatian Sandi juga tertuju pada minimnya ruang untuk pemuda dan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan desa. Ia menyebut selama ini suara mereka sering diabaikan, termasuk dalam hal penganggaran kegiatan pemuda.

“Kegiatan keagamaan, olahraga, dan sosial yang diinisiasi pemuda dan mahasiswa kerap jalan sendiri tanpa dukungan pemerintah desa,” jelasnya.

Padahal, menurutnya, pemuda dan mahasiswa punya peran strategis sebagai agen perubahan dan motor penggerak pembangunan desa, termasuk dalam pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi berbasis teknologi.

Di tengah harapan besar warga Igobula, Sandi menyuarakan satu pesan penting: siapa pun yang terpilih harus mengedepankan prinsip good governance. Artinya, tata kelola pemerintahan desa harus transparan, akuntabel, dan partisipatif.

“Pemimpin desa harus punya integritas dan benar-benar bekerja untuk rakyat. Bukan hanya sekadar duduk di kursi kekuasaan,” pungkasnya.(Red)*