TERNATE, Corong Publik// Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni GMNI Maluku Utara (DPD PA GMNI Malut) mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk memberi atensi serius terhadap kejahatan pertambangan di Pulau Gebe, Maluku Utara. Pulau kecil yang secara hukum dilindungi ini kini disebut tengah diperkosa habis-habisan oleh operasi tambang ilegal yang melibatkan aktor-aktor besar.
Desakan ini muncul sebagai respons atas pidato Presiden Prabowo dalam Sidang Tahunan MPR 2025 yang menegaskan komitmennya memberantas mafia tambang dan kejahatan pertambangan berskala besar yang merugikan negara dan rakyat. PA GMNI Malut menyatakan dukungan penuh atas amanah presiden tersebut, namun menekankan pentingnya implementasi nyata, khususnya di wilayah rawan seperti Maluku Utara.
“Kami meminta agar Pulau Gebe menjadi perhatian khusus dari Istana. Hanya Presiden yang bisa intervensi penuh untuk membongkar skandal tambang di Maluku Utara ini,” tegas Mudasir Ishak, Ketua Harian PA GMNI Malut dan Pembina Gerakan Pemuda Marhaen Malut.
Pulau Gebe, yang secara yuridis masuk dalam kategori pulau kecil sesuai Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, kini porak-poranda akibat aktivitas tambang yang brutal. Ironisnya, perlindungan hukum tersebut justru diabaikan, baik oleh korporasi tambang maupun oleh pemerintah daerah yang dinilai melakukan pembiaran total.
Lebih lanjut, Mudasir menyebut bahwa operasi tambang di Pulau Gebe diduga kuat dikendalikan oleh pemilik modal besar. Kondisi ini memperkuat pernyataan Presiden mengenai keterlibatan “orang-orang besar” dalam kejahatan pertambangan. “Apa yang dikatakan Presiden tentang kejahatan tambang benar adanya. Dan itu terjadi di depan mata kita, di Gebe,” tambahnya.
Kekecewaan publik juga diarahkan pada proses hukum yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan penyalahgunaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Maluku Utara. Alih-alih membongkar kejahatan secara tuntas, proses hukum itu dinilai hanya menjadi tontonan sinetron yang menguras harapan masyarakat.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas tambang di Pulau Gebe semakin mengkhawatirkan. Berbagai laporan dan unggahan di media sosial menggambarkan betapa masifnya kehancuran ekosistem yang terjadi, menyisakan kekhawatiran mendalam terhadap masa depan pulau kecil tersebut.
Di tengah bulan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, PA GMNI Malut mengingatkan bahwa perjuangan hari ini bukan lagi melawan penjajah asing, melainkan menyelamatkan tanah air dari kerakusan sesama anak bangsa yang menghancurkan bumi pertiwi demi kepentingan ekonomi sesaat.(Tim/Red)*