REPUBLIK TAMBANG DILARANG TUMBANG (Membaca Raja Ampat & Halmahera)

115
Ketua PA GMNI Kota Ternate (Rinto Taib, S.Sos, M.Si)

Oleh: Rinto Taib

Kebijakan eksploitatif yang merusak alam, ruang hidup keanekaragaman hayati dan budaya di kawaasan konservasi dan basis kultural masyarakat adat yang fungsional tak bisa dibiarkan, diperlukan peran negara dalam pengawasan regulatif yang tunduk pada kaidah konservasi dan prinsip-prinsip ekologis serta nilai-nilai kultural yang fungsional bukan atas interpretasi pengakuan berdasar kepentingan diatas narasi “sepanjang masih ada”.

Gerakan sosial juga diperlukan sebagai bentuk perkawanan atas kepentingan jangka pendek kapitalis dan oligarki yang abai pada perlindungan ekosistem dan konservasi alam secara merata di seluruh wilayah Indonesia yang katanya berdaulat.

Upaya pemulihan lingkungan di wilayah terdampak tambang adalah keniscayaan dan mendesak untuk dilakukan sembari mengevaluasi ulang sistem perizinan di kawasan konservasi dan ruang hidup masyarakat adat yang selama ini tak luput dari kebijakan penguasa.

Peran kelembagaan adat menjadi penting dalam hal bargaining power sebagai wujud pengawasan terhadap aktivitas tambang yang cenderung pro pada akumulasi keuntungan kapital dengan dalih dan atas nama demi pembangunan.

Idealnya pembangunan mesti mengedepankan prinsip keberlanjutan dan kelestarian ekologis  lingkungan alam, budaya dan kearifan lokal masyarakat tempatan, dan komunitas adat kawasan pertambangan yang selama ini harmoni dengan alam sebagai bagian dari ekosistem sosial kultural.

Sejak era pra kolonial hingga digital masa kini kita mesti sadari bahwa negeri kita tak hanya diwariskan sumber alam yang berlimpah namun juga peradaban maju melalui nilai dan kesadaran para leluhur kita menjaga alam semesta bagi generasi ke generasi. Tak hanya itu, leluhur kita juga mewariskan keberanian untuk melawan segala bentuk penindasan yang dibuktikan oleh epos kepahlawanan, kemampuan mereka mengusir penjajah dari negeri tercinta hanya atas satu alasan: “Menolak Tumbang”.

Dahulu kita dijajah karena  kekayaan alam yang bernilai dan kini hadir dalam wujudnya yang baru dengan satu alasan yang sama meski jaman yang berbeda, tak lain dan tak bukan sumber kekayaan alam yang berlimpah.